Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 15-02-2008
  • 354 Kali

Masalembu, Minyak Tanah Tembus Tujuh Ribu Rupiah

News Room, Jum’at (15/02) Buruknya gelombang di Laut Jawa dan Perairan Kangean yang diperkirakan akan terjadi hingga 16 Pebruari nanti, bukan hanya mempengaruhi aktivitas Armada Laut, tapi justru membuat wilayah kepulauan Sumenep kembali terisolir. Bahkan kondisi semacam itu sangat mempengaruhi kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako), karena harga sembako di kepulauan saat ini rata-rata naik 25 persen, mengingat dikepulauan sudah mulai terjadi kelangkaan sembako. Sedangkan yang paling mencekik warga kepulauan yakni harga minyak tanah (minah) yang melambung tinggi hingga mencapai Rp. 7.000,- per-liter. Salah seorang warga Masalembu, Maftub Syarif, ketika dihubungi via telpon mengatakan, bahwa harga minah dan sembako dikepulauan memang mengalami kenaikan. Menurut Maftub, kenaikan harga bukan hanya terjadi pada minyak tanah, tapi barang sebako lainnya, seperti harga telur juga naik dari Rp. 800,- menjadi Rp. 1.500,- per-butir, bahkan selama sepekan ini telur sulit didapatkan, sehingga warga Masalembu sangat resah dengan kelangkaan sembako tersebut. Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Sumenep, H. Ach. Sadik, S.Sos. menerangkan, kondisi yang terjadi di kepulauan tersebut merupakan hal biasa, karena setiap tahun apabila cuaca buruk, maka tidak ada kapal yang berani berlayar, sehingga menyebabkan kelangkaan sembako di kepulauan. Namun, berdasarkan informasi yang diterimanya, bahwa kebutuhan sembako tidak begitu dipermasalahkan, karena masyarakat kepulauan jauh-jauh sebelumnya sudah mengantisipasi peristiwa tersebut, mengingat kondisi seperti saat ini merupakan peristiwa rutin yang terjadi setiap tahun. H. Ach. Sadik mengaku, sangat prihatin terhadap masyarakat kepulauan, namun pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisi laut masih beresiko tinggi untuk dilalui kapal, sehingga untuk sementara waktu pelayaran dihentikan hingga menunggu cuaca kembali normal. Yang jelas, menurut H. Ach. Sadik, meskipun terjadi kelangkaan dan kenaikan harga sembako, masyarakat kepulauan tidak sampai mengalami kelaparan. ( Nita, Soek )