Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 12-10-2020
  • 640 Kali

Situs Sukendar Dan Lembar Sejarah Sumenep Yang Tercecer

Media Center, Senin ( 12/10 ) Tak jauh dari kantor atau Balai Desa Pandian, Kecamatan Kota Sumenep, terdapat sebuah situs bersejarah. Jika mengacu pada sumber-sumber kuna, situs ini merupakan situs penting dalam sejarah Sumenep. Namun ironisnya, situs ini malah diduga menjadi salah satu lembar sejarah yang tercecer.

Situs Sukendar namanya. Warga setempat menyebut dengan Buju’ Sukendar. Situs tersebut berupa kawasan makam kuna, yang model kijingnya diperkirakan khas abad 17 hingga pertengahan abad 18.

Di kawasan utama, ada tujuh makam di dalam kompleks berpagar batu bata. Makam utama, yaitu Buju’ Sukendar berada di tengah, lurus dengan pintu masuk kompleks. Tak jauh dari keempat sisinya terdapat empat pilar kokoh.

Jika dibanding pada sekitar 10 tahun silam, kawasan tersebut saat ini sudah sangat terawat. Singkatnya, bisa memberi kenyamanan bagi setiap peziarah atau pemerhati sejarah yang ingin berkunjung ke sana.

“Kesan angker dan kumuh sudah tak lagi terlihat,” kata seorang peziarah yang kebetulan saat itu bertemu media ini.

Media Center tertarik untuk menelusuri lebih dekat situs tersebut, terkait dengan tulisan sebelumnya tentang sosok Raden Suderma. Seperti yang pernah diulas, Suderma identik dengan Sukendar.

Sayangnya, tidak ada keterangan atau prasasti di makam Sukendar. Namun dengan melihat model makamnya yang istimewa, bisa dipastikan, beliau merupakan tokoh penting dalam sistem pemerintahan Keraton Sumenep di masanya.

Info seputar Sukendar ini hanya didapat dari kalangan keluarga Rumah Panggung Kepanjin, Kecamatan Kota Sumenep. Yaitu kediaman atau peninggalan Raden Anggadiwangsa, Patih Sumenep sekitar abad 17.

“Menurut riwayat sesepuh Rumah Panggung, Buju’ Sukendar ini bernama Raden Sukendar, yaitu anak Raden Ayu Batur dan Raden Baskara,” kata Iik Guno Sasmito.

Raden Ayu Batur merupakan salah satu putri Tumenggung Yudanegara, penguasa Sumenep pada 1648-1672 Masehi.

Nah, dalam beberapa dokumen VOC, disebutkan tentang Raden Ayu Batur yang berputra Raden Suderma. Sehingga diasumsikan sementara, antara Sukendar dan Suderma ini merujuk pada sosok yang sama.

“Nama Raden Suderma ini terdapat di surat-surat diplomatik VOC dengan penguasa-penguasa di daerah,” kata Faiq Nur Fikri, dari Komunitas Sumenep Tempo Doeloe, Senin (12/10/2020).

HJ De Graaf juga dalam bukunya yang berjudul “Terbunuhnya Kapten Tack”, dengan jelas menyebut nama Suderma sebagai cucu Yudanegara yang digadang-gadang sebagai pengganti kakeknya, dengan “melompati” posisi para pamannya.

Namun, Suderma rupanya tidak jadi menduduki tahta Sumenep pasca Yudanegara. Tahta terlebih dulu jatuh ke Pangeran Pulangjiwa, salah satu menantu Yudanegara. Namun dalam surat-surat diplomatik itu, Suderma rupanya sempat duduk di singgasana pada 1705, yakni di masa-masa semakin kokohnya cengkraman VOC di Mataram hingga Madura. ( Han, Fer )