Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 18-11-2018
  • 827 Kali

Pelangi Di Sumenep Tampilkan Keberagaman Seni Budaya Antar Suku

Media Center, Minggu ( 18/11 ) Sebanyak 6 suku yang ada di Kabupaten Sumenep menampilkan seni dan budaya pada pagelaran Pelangi di Sumenep, yakni Suku Madura (Sintong dan Pamur), Arab (Gambus), Suku Mandar (Tari Patuddu), Suku Bugis (Tari Paduppa), Suku Bajo (Tari Pamanca) dan Tionghoa (Barongsai).

Penampilan kesenian enam suku di Kabupaten Sumenep itu untuk menunjukkan jika Bumi Sumekar terdiri dari beragam suku, bahasa dan budaya, namun tetap hidup rukun di tengah-tengah masyarakat.

“Kami berharap dengan parade kesenian enam suku pada “Pelangi di Sumenep” itu membuka mata hati kita semua, betapa keragaman adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang patut kita jaga dan lestarikan sampai kapanpun untuk menjadi kekuatan bukan malah perpecahan.” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep, Ir. Edy Rasiyadi, M.Si saat membuka Pelangi di Sumenep di Lapangan Gotong-Royong (LKS), Sabtu (17/11) malam.

Ia menyatakan, untuk merekatkan segala perbedaan yang ada di Sumenep, perlu mengenalkan perbedaan itu kepada masyarakat, seperti acara “Pelangi di Sumenep”, sehingga diharapkan kegiatan itu melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai seni dan budaya yang hidup, tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat.

“Yang jelas, Pemerintah Kabupaten Sumenep, memiliki komitmen kuat untuk terus mendorong dan memberdayakan potensi seni dan budaya untuk meningkatkan perkenomian masyarakat.” imbuh Sekretaris Daerah Edy Rasiyadi.

Pelangi di Sumenep digelar Pemkab Sumenep melalui Bapedda bekerjasama dengan Komunitas Jurnalis Sumenep (KJS) sebagai rangkaian kegiatan Tahun Kunjungan Wisata atau Visit Sumenep 2018.

Sementara Kepala Bappeda Kabupaten Sumenep,  Drs. H. Yayak Nurwahyudi, M.Si menjelaskan, kegiatan bertema "Pelangi di Sumenep" karena Kabupaten Sumenep kaya dengan keberagaman suku dan budaya yang harus perlu terus terjaga dan terpelihara.

Masyarakat Sumenep sejak lama hidup dalam kedamaian sehingga generasi muda dan semua elemen masyarakat wajib mempertahankan serta merawatnya sampai kapanpun, demi menciptakan Bumi Sumekar yang aman, nyaman dan damai.

"Perjalanan sejarah Kabupaten Sumenep adalah hasil kolaborasi dengan budaya lain, contohnya gaya arsitektural Keraton Sumenep merupakan perpaduan gaya arsitektur Eropa, Arab, dan China. Tentu saja itu menunjukkan bahwa sejak dulu keragaman bukan ancaman, namun sebagai modal untuk kemajuan dengan tetap menyatu diatas perbedaan.” tandasnya.

Terpisah Ketua KJS, Rahmatullah menambahkan, banyak suku di Kabupaten Sumenep merupakan keunikan dan jarang dimiliki daerah lain. Untuk itu, pihaknya merencanakan kegiatan serupa terus diadakan di tahun selanjutnya, meski dalam bentuk yang berbeda.

“Dukungan Pemerintah Daerah yang sangat besar harus dimanfaatkan untuk menjaga kerukunan suku yang terpelihara sampai sekarang. Alhamdulillah semuanya lancar dari awal perencanaan hingga terselenggaranya event ini," ucap pria yang akrab disapa Rahmat ini. ( Yasik, Fer )