Media Center, Jumat ( 11/06 ) Pembahasan tentang toponimi
seringkali ditemukan dalam tulisan-tulisan di babad. Namun sebatas yang bisa
dijangkau dan disesuaikan dengan alur cerita.
Seperti dalam Babad Songennep karya Raden Werdisastra,
disebutkan tentang kisah asal usul nama-nama tempat di pulau garam. Di antaranya
Soca di Bangkalan, Omben di Sampang dan lain sebagainya.
Dalam tulisan sebelumnya, Media Center mengulas tentang sejarah
nama Pragaan yang tidak banyak orang tahu. Ternyata, nama tempat yang kini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Sumenep tersebut erat
kaitannya dengan salah satu tokoh Sumenep di abad 18 yang bernama Kiai
Ragasuta.
“Menurut riwayat sesepuh di Sumenep, Kiai Ragasuta merupakan
cikal bakal nama Pragaan. Diambil dari panggilan Kiai Ragasuta, yaitu Ke Raga
(Kiai Raga; red),” kata Iik Guno Sasmito, salah satu anggota Komunitas Ngopi
Sejarah (Ngoser) yang memiliki kaitan dengan tokoh.
Iik dan Ja’far Shadiq, personel Ngoser lainnya, memang
beberapa tahun lalu menelusuri peristirahatan terakhir Kiai Ragasuta, hingga bisa
ditemukan. Lokasinya berada di utara jalan raya Sumenep-Pamekasan, dan masuk
kawasan Pragaan Laok.
“Posisinya sekitar 5 sampai 7 meter dari jalan raya.
Makamnya masih original. Prasasti di nisan juga masih utuh. Hanya sayang kurang
perawatan,” kata Ja'far Shadiq, Jumat (11/06/2021).
Berdasar catatan keluarga K. R. Moh Ramli Sasmitokusumo,
salah satu keturunan Kiai Ragasuta di Sumenep, Kiai Ragasuta adalah putra Kiai
Mandiraga di Baragung, Sumenep. Dalam catatan itu, Kiai Mandiraga disebut
sebagai ulama keturunan Sunan Kudus, yang berasal dari Banten.
“Beliau didatangkan oleh Raja Sumenep untuk syi'ar Islam dan
diangkat sebagai Penghulu Keraton Sumenep,” kata Iik yang sekaligus cucu Moh
Ramli Sasmitokusumo.
Cerita tutur keluarga Sasmitokusumo, Kiai Mandiraga ikut
berperang di masa Pangeran Lolos alias Pangeran Cakranegara IV (memerintah
1737-1749 Masehi) dalam perebutan keraton Sumenep dari tangan Raden Buka, anak buah
Raden Jurit alias Pangeran Cakraningrat IV (memerintah 1718-1746 Masehi) dari Madura
Barat.
“Setelah perang tersebut, Kiai Mandiraga diangkat oleh Ratu
Tirtonegoro sebagai Kepala Wilayah Baragung,” tambah Iik.
Di catatan keluarga Sasmitokusumo, Kiai Mandiraga disebut
menikah dengan Nyai Wulung. Dari pernikahan itu lahir Kiai Ragasuta dan Nyai
Telleng.
Kiai Ragasuta diangkat sebagai Bendahara Keraton di masa
Panembahan Sumolo (memerintah 1762-1811 Masehi). Tak berapa lama, oleh Panembahan
Sumolo, Kiai Ragasuta diangkat sebagai Kepala Wilayah Parenduan dan diberi
tanah mardikan (perdikan) di sana.
Nah, sejak saat itu, wilayah yang ditempati Kiai Ragasuta
itu dikenal dengan nama Pragaan. Seperti disebut di atas, diambil dari nama Ke
Raga (Kiai Raga). Kiai Ragasuta juga dikenal dengan nama Kiai Demang Pragaan.
Sedang menurut Iik, di catatan keluarga Sasmitokusumo dikenal juga dengan
sebutan Pangeran Pragaan. Namun di batu nisan tertulis Kiai Ragasuta.
Setelah Kiai Ragasuta wafat, posisinya digantikan oleh
anaknya yang di catatan Moh Ramli Sasmitokusumo bernama Kiai Moh Irsyad. Kiai
Irsyad ini bergelar Kiai Ragasuta II. Makam Kiai Ragasuta II berada di sekitar
komplek Asta Kiai Tumenggung Mangsupati, Patih Sumenep di masa Panembahan Sumolo.
“Menurut riwayat tutur, Kiai Ragasuta II ini menikah dengan keturunan Kiai Tumenggung Mangsupati, dan menurunkan Kiai Ragasuta III yang makamnya ada di Asta Pacangagan Pandian Sumenep,” tutup Iik. ( Han )