Media Center, Jumat ( 19/01 ) Sumenep merupakan tolok ukur Madura. Sejarah dengan jelas menyebut
Sumenep dengan Aria Wiraraja sebagai wilayah populer yang membidani
lahirnya Majapahit, cikal-bakal Nusantara. Kala itu proses Islamisasi
masih dipertanyakan, sekaligus sejak kapan Islam di Tanah Garam ini.
"Kalau bicara masuknya Islam tidak bisa menyebut personal. Artinya,
meski di masa Aria Wiraraja bisa mungkin sudah ada yang memeluk Islam
sebagai agama. Namun, itu tidak bisa disebut sebagai awal masuknya
Islam. Islam dikatakan masuk jika sudah resmi menjadi agama
penguasa," kata Edhi Setiawan, Budayawan Madura, pada Media Center
beberapa waktu lalu.
Lalu sejak kapan Islam masuk Sumenep? Edhi
mengatakan, bahwa hal itu memerlukan kajian mendalam. Ia menyebut salah
satu penguasa Sumenep yang bernama Panembahan Joharsari. Namun ia
mengaku tidak yakin, bahwa penguasa tersebut sudah Islam. "Itu di
tahun 1300-an Masehi, istilah Panembahan perlu dipertanyakan. Begitu
juga nama Joharsari yang tidak umum kedengarannya," kata Edhi.
Dalam babad Sumenep, disebut Islamisasi atau penyebaran Islam dimulai
dengan hadirnya Sunan Paddusan yang diambil mantu Jokotole, Raja
Sumenep. Sang Sunan merupakan cucu keponakan Sunan Ampel. Beberapa
literatur, seperti karya Zainalfattah menyebut bahwa Jokotole di-Islamkan mantunya.
"Tapi masalahnya, Sejarah Sumenep
2003 menyebut bahwa Jokotole masih cicit Sunan Lembayung Fadal, kakak
Sunan Ampel. Nah, masak di-Islamkan, wong buyutnya Islam," kata RB. Nurul
Hidayat salah satu pemerhati sejarah di Sumenep.
Menurut Nurul, banyak isi sejarah Sumenep yang perlu dikaji ulang. Artinya Sumenep disebutnya perlu buku sejarah baru. "Hal itu merupakan hal yang penting. Karena rujukan yang ada penuh distorsi," katanya.
Menanggapi itu, Edhi mengatakan tak mudah membuat buku sejarah baru yang ideal. Karena memerlukan biaya besar. "Apakah siap ke negeri Belanda? Data-data otentiknya banyak ada di sana," tukasnya. ( M Farhan M, Esha )